Selasa, 10 November 2015

Penalaran Deduktif

ANALISA PEMBAHASAN PENALARAN DEDUKTIF











  

OLEH :
Drs. Budi Santoso, MM

Esther Marietha
29213817





FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015


Kata Pengantar
            Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan penyertaanNya yang selalu menyertai kami dalam memahami segala ilmu yang kami pelajari dan mengaplikasikannya dalam kehidupan. Penulisan Ilmiah ini dibuat berdasarkan tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Bahasa Indonesia Drs. Budi Santoso, MM yang kami hormati.
            Tugas ini membahas tentang “Penalaran Deduktif” sehingga dalam makalah ini kami membahas lebih dalam apa saja yang dapat kita pelajari mengenai “Penalaran” itu sendiri. Tugas ini kami tujukan untuk diri kami sendiri sebagai pelajar yang mempelajari dan memahami mengenai Penalaran Deduktif, kepada dosen kami Drs, Budi Santsoso, MM dan bentuk pengabdian dan tanggung jawab kami kepada kedua orang tua dalam pendidikan yang sedang kami tempuh. Semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi orang lain yang membaca tugas ini dan semoga tulisan ini dapat memuaskan bapak Drs. Budi Santoso, MM sebagai pengajar kami.

                                                                                                Jakarta, 07 Nopember 2015

                       

                                                                                                            Penulis













DAFTAR ISI

COVER                                            ......................................................................              i
KATA PENGANTAR                      ......................................................................              ii
DAFTAR ISI                                    ......................................................................              iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang                            ......................................................................              1
1.2.   Tujuan Penulisan                         ......................................................................              1
1.3.   Rumusan Masalah                       ......................................................................              1
BAB II PEMBAHASAN                    .....................................................................               2
2.1.   Definisi Penalaran                       ......................................................................              2
2.2.   Penalaran Deduktif                     ......................................................................               2
2.3.   Macam – macam Deduktif         ......................................................................               3
BAB III KESIMPULAN                   ......................................................................               8
BAB IV DAFTAR PUSTAKA           ......................................................................              9
                                     


















BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
               Penalaran merupakan hal yang kita sering gunakan sehari hari di dalam berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang terdekat baik keluarga maupun kerabat di tempat kuliah atau di kantor. Namun pembahasan kali ini akan menjelaskan tentang penalaran yang penggunaanya kita gunakan di dalam bahasa kita sehari-hari yaitu Bahasa Indonesia.

1.2.       Tujuan Penulisan Masalah
Penulisan ini akan dibuat dengan tujuan peningkatan mutu dalam penggunaan Bahasa Indonesia dalam menguasa kemampuan berfikir, bersifat rasional dan dinamis berpandangan untuk menganalisa konsep penalaran yang bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.

1.3.       Rumusan Masalah
1.             Apakah yang dimaksud dengan penalaran deduktif ?
2.             Ada berapa macam jenis penalaran deduktif ?














BAB II
PEMBAHASAN

2.1.       Definisi Penalaran
          Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
          Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis ( antesedens ) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi             ( consequence ).

2.2.       Penalaran Deduktif
               Penalaran deduktif adalah suatu tahap pemikiran dan pembelajaran manusia untuk menghubungkan antara data dengan fakta yang ada sehingga pada akhirnya terdapat kesimpulan yg dapat diambil.
               Penalaran deduktif bertolak dari sebuah konklusi atau simpulan yang didapat dari satu atau lebih pernyataan yang lebih umum. Simpulan yang diperoleh tidak mungkin lebih umum dari pada proposi tempat menarik simpulan itu. Proposi tempat merarik simpulan itu disebut premis.
               Atau dapat juga di artikan penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
               Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.


Pengertian Premis Mayor dan Premis Minor
Premis mayor adalah pernyataan umum, sementara premis minor artinya pernyataan khusus. Proses itu dikenal dengan istilah silogisme. Silogisme merupakan proses penalaran di mana dari dua proposisi (sebagai premis) ditarik suatu proposisi baru (berupa konklusi).
Misalnya : "Semua orang akhirnya akan mati" (premis mayor).
Hasan adalah orang (premis minor).
Oleh karena itu, "Hasan akhirnya juga akan mati" (kesimpulan).
Jadi, berfikir deduktif adalah berfikir dari yang umum ke yang khusus.
 Dari yang abstrak ke yang konkrit. Dari teori ke fakta-fakta.
2.3.       Macam – macam penalaran deduktif
Jenis penalaran deduktif yang menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu:
1.      Silogisme Kategorial :
            Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Kondisional hipotesis, yaitu : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
Contoh :
·         Premis Mayor : Tidak ada manusia yang abadi
·         Premis Minor : Socrates adalah manusia
·         Kesimpulan : Socrates tidak abadi
- Kaedah-kaedah dalam silogisme kategorial adalah :
a.       Silogisme harus terdiri atas tiga term, yaitu : term mayor, term minor, term penengah.
b.      Silogisme terdiri atas tiga proposisi, yaitu :  premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
c.       Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
d.      Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
e.       Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
f.       Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
g.      Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
h.      Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.

2.      Silogisme Hipotesis :
     Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Menurut Parera (1991: 131) Silogisme hipotesis terdiri atas premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Akan tetapi premis mayor bersifat hipotesis atau pengadaian dengan jika  konklusi tertentu itu terjadi, maka kondisi yang lain akan menyusul terjadi. Premis minor menyatakan kondisi pertama terjadi atau tidak terjadi.
Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotesis:
·     a. Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika hujan, saya naik becak. 
Sekarang hujan.
Jadi saya naik becak.
·     b. Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya, seperti:
Bila hujan, bumi akan basah.
Sekarang bumi telah basah.
Jadi hujan telah turun.
·     c. Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti:
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul. Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa, Jadi kegelisahan tidak akan timbul.
·     d. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti: Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah Pihak penguasa tidak gelisah. Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Kaedah- kaedah Silogisme Hipotesis
·         Mengambil konklusi dari silogisme hipotesis jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting di sini adalah menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
·         Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, jadwal hukum silogisme hipotetik adalah:
§  Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
§  Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
§  Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
§  Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana
Contoh :
a)      Premis Mayor: Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal
Premis Minor: Hujan tidak turun
Konklusi : Sebab itu panen akan gagal.
b)      Premis Mayor : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Premis Minor : Air tidak ada.
Kesimpulan : Manusia akan kehausan.
3.      Silogisme Akternatif :
       Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain. Proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya. Konklusi tergantung dari premis minornya.
Silogisme ini ada dua macam:
a. Silogisme disyungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif, seperti:
la lulus atau tidak lulus.
Ternyata ia lulus
Jadi, la bukan tidak lulus
b. Silogisme disyungtif dalam arti luas premis mayomya mempunyai alternatif bukan kontradiktif, seperti:
Elsa di rumah atau di pasar.
Ternyata tidak di rumah.
Jadi, di pasar
Silogisme disyungtif dalam arti sempit maupun arti iuas mempunyai dua tipe yaitu:
a.       Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusi-nya adalah mengakui alternatif yang lain.
b.      Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari alternatif yang lain.

Kaedah-kaedah silogisme alternatif :
a.       Silogisme disyungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid
b.      Silogisme disyungtif dalam arti luas, kebenaran koi adalah sebagai berikut:
ü  Bila premis minor mengakui salah satu alterna konklusinya sah (benar)
Contoh :
Rizki menjadi guru atau pelaut.
la adalah guru.
Jadi bukan pelaut
ü  Bila premis minor mengingkari salah satu a konklusinya tidak sah (salah)
Contoh :
Penjahat itu lari ke Surabaya atau ke Yogya.
Ternyata tidak lari ke Yogya.
Jadi ia lari ke Surabaya. (Bisa jadi ia lari ke kota lain).
4.      Entimen :
            Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun tulisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan.
Entimen atau Enthymeme berasal dari bahasa Yunani “en” artinya di dalam dan “thymos” artinya pikiran adalah sejenis silogisme yang tidak lengkap, tidak untuk menghasilkan pembuktian ilmiah, tetapi untuk menimbulkan keyakinan dalam sebuah entimem, penghilangan bagian dari argumen karena diasumsikan dalam penggunaan yang lebih luas, istilah "enthymeme" kadang-kadang digunakan untuk menjelaskan argumen yang tidak lengkap dari bentuk selain silogisme.
            Menurut Aristoteles yang ditulis dalam Retorika, sebuah "retorik silogisme" adalah bertujuan untuk pembujukan yang berdasarkan kemungkinan komunikan berpendapat sedangkan teknik bertujuan untuk pada demonstrasi. Kata lainnya, entimem merupakan silogisme yang diperpendek.
Contoh :
Rumus Entimen:
PU : Semua A = B : Pegawai yang baik tidak pernah datang terlambat.
PK : Nyoman pegawai yang baik.
S : Nyoman tidak pernah datang terlambat
Entimen : Nyoman tidak pernah datang terlambat karena ia pegawai yang baik
Beberapa ciri utama dari penalaran deduktif, yaitu :
a.       Jika semua premis benar maka kesimpulan pasti benar
b.      Semua informasi atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara implisit, dalam premis.
























BAB III
KESIMPULAN

            Kesimpulan dari penelitian penalaran paragraf deduktif yaitu Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera  (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Sedangkan pengertian dari penalaran deduktif adalah suatu tahap pemikiran dan pembelajaran manusia untuk menghubungkan antara data dengan fakta yang ada sehingga pada akhirnya terdapat kesimpulan yg dapat diambil. Macam-macam pealaran deduktif itu terdiri dari Silogisme Katagorik, Silogisme Hipotetik, Silogisme Disyungtif.
 























DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E Zaenal dan  Tasai, S Amran. 2006. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo.
Tukan, P. 2006. Mahir Berbahasa Indonesia. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia.
Tatang, Atep et all. 2009. Bahasa Indonesiaku Bahasa Negeriku 3. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.