Pengaruh Bisnis Retail Terhadap Pendapatan Derah dan
Nasional
Disusun Oleh :
Nama : Esther Marietha
NPM : 29213817
Kelas : 1EB18
Daftar Isi
Cover……………………………………………………………………………………………
1
Daftar Isi....................................................................................................................................... 2
Bab 1
Pendahuluan....................................................................................................................... 3
1.1 Latar
Belakang.................................................................................................................
3
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................ 4
1.3 Tujuan...........................................................................................................................
.. 4
Bab 2
Pembahasan........................................................................................................................ 5
Daftar
Pustaka...........................................................................................................................
.. 11
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Retail berasal dari bahasa Inggris dan sering disebut
pula ritel yang berarti eceran. Ritel adalah
salah satu cara pemasaran produk meliputi semua aktivitas yang melibatkan
penjualan barang
secara langsung ke konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis. Seseorang ataupun sebuah organisasi yang menjalankan
bisnis ritel disebut sebagai pengecer atau retailer.
Pengertian Retailing adalah
semua aktivitas yang mengikut sertakan pemasaran barang dan jasa secara
langsung kepada pelanggan. Retailing
merupakan tahapan terakhir dalam suatu distribusi, yang akan memebentuk bisnis
dan orang-orang yang terlibat dalam suatu pergerakan fisik dan transfer
kepemilikan barang atau jasa dari produsen kepada konsumen.
Dalam suatu channel distribusi
retailing memerankan sebuah peranan penting seagai penengah antara produsen,
agen, dan para supplier serta para konsumen. Retailer mengumpulkan berbagai
jenis barang dan jasa dari berbagai sumber,produsen ataupun supplier dan
menawarkannya kepada konsumen.
Industri
ritel terus berubah seiring dengan perubahan teknologi, perkembangan dunia
usaha, dan tentunya kebutuhan konsumen. Agar berhasil dalam pasar ritel yang
kompetitif, retailer
harus dapat menawarkan produk yang tepat, dengan harga yang tepat, pada tempat
yang tepat, dan waktu yang tepat. Oleh karena itu, pemahaman retailer tehadap karakteristik
target pasar atau konsumen yang akan dilayani merupakan hal yang sangat
penting.
Faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap bisnis ritel adalah 4P yaitu Place,Price,Product
dan Promotion. Dengan
menitikberatkan perhatian yang berbeda-beda pada keempat variabel tersebut
karena bergantung kepada pembuat
keputusan pemasarannya untuk menyesuaikan dengan lingkungan yang cenderung
berubah-ubah yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan mencapai tujuan
perusahaan, dimana konsep tersebut berlaku bagi bisnis retail dengan penekanan pada faktor yang
berlainan. Oleh
karena itu sebelum memulai
bisnis ini hendaknya kita harus sudah memahaminya dengan benar untuk
memperkecil resiko kerugian.
Pengeritan
pendapatan asli daerah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 yaitu sumber keuangan
daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari
hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimana
sejarah bisnis retail dan perkembangan bisnis retail di Indonesia?
1.2.2
Apa yang dimaksud dengan pendapatan daerah?
1.2.3
Apa yang dimaksud dengan pendapatan nasional?
1.2.4
Pengaruh bisnis ritel terhadap pendapatan
daerah Jawa Barat dan pendapatan nasional?
1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya
makalah ini adalah untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bisnis retail
serta pengaruh bisnis retail terhadap pendapatan daerah maupun
nasional.
BAB 2
PEMBAHASAN
Enam tahun yang lalu merebak trend bisnis retail yang menjamur hingga saat ini, yang dimulai
dari minimart yang menjual barang kebutuhan sehari, yang dapat kita temukan
disekitar daerah rumah atau kantor kita. Sehingga pernah kita
mendengar perperangan retail terbesar di Indonesia. Semua dimulai dari perkembangan
teknologi informasi dan inovasi yang
memungkinkan proses pembelian dan penjualan dilakukan dengan alat yang disebut
barcode, software penjualan yang canggih dan pelayanan profesional yang
terstandarisasi. Perkembangan bisnis retail tentunya tidak hanya akan berakhir
sampai disini, seiring waktu berjalan, Peretailan akan terus menerus mengalami
inovasi inovasi.
Munculnya “bisnis retail” seperti
mini market, super market, hypermarket dan sebagainya adalah bagian dari
modernisasi dari pasar tradisional yang memungkinkan orang dapat berbelanja
dengan fasilitas dan kenyaman serta pelayanan yang baik, selain itu harga dari
setiap produk yang cukup terjangkau. Perubahan perilaku bisnis tersebut adalah
bagian dari pengaruh perilaku pasar yang trend di luar negeri yang kemudian
masuk ke Indonesia sejak tahun 1990an, ditandai dengan dibukanya perusahaan
retail besar asal negeri sakura Jepang yaitu “SOGO”, sejalan dengan itu
mengundang banyak reaksi kritikan, disebabkan Super market ini banyak diminati
orang, yang berimplikasi pada persaingan pasar, utamanya pada usaha menengah
seperti toko produk barang sejenisnya yang nyaris gulung tikar, bahkan sebagian
kalangan menilai berdampak buruk terhadap perekonomian di Indonesia, maka
Kemudian dikeluarkannya keputusan presiden No. 99/1998, yang menghapuskan
larangan investor asing untuk masuk kedalam “bisnis retail” di Indonesia.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah
yang tertuang dalam Keputusan Presiden RI No. 112/th. 2007, didefinisikan bahwa
format pasar swalayan terbagi atas tiga kategori yaitu pertama,
Minimarket yaitu produk dijualnya hanya kebutuhan rumah tangga, makanan dan
termasuk kebutuhan harian, jumlah produknya <5000 item, luas gerainya
maksimum 400m2, potensi penjualannya maksimum 200 juta dan area parkirnya
terbatas. Kedua, supermarket produk dijualnya adalah kebutuhan rumah
tangga, makanan, dan termasuk kebutuhan harian, jumlah produknya 5000-25000
item, luas gerainya 400-5000m2, area parkirnya sedang (memadai), potensi
penjualannya 200 juta-10 milliar. Ketiga, hypermarket produk yang
dijualnya adalah kebutuhan rumah tangga, makanan dan termasuk kebutuhan harian,
textile, fashion, furniture, dan lain-lain, luas gerainya >5000m2, area
parkirnya sangat besar, potensi penjualannya >10 milliar.
Kini di kabupaten atau kota bahkan
desa di Indonesia, “bisnis retail” mulai banyak dilirik kalangan pengusaha,
sebab memiliki pengaruh positif terhadap jumlah lapangan pekerjaan dan
keuntungannya yang menjanjikan, dengan sistem pemasaran format self service,
yaitu konsumen membayar di kasir yang telah disediakan. Adanya sentuhan
teknologi, yang terintegrasi pada perangkat lunak (software), memudahkan
pencatatan dengan menggunakan komputer, baik itu pencatatan aktifitas dan
transaksi dari administrator, kasir, kepala gudang dan lain sebagainya, membuat
manajemen atau pengelolaannya rapi dan terkontrol serta laporan transaksi dapat
di evaluasi setiap bulannya. Dari aspek sosialnya, menciptakan budaya baru
dalam berbelanja, yaitu adanya atmosfer berbelanja yang lebih bersih dan
nyaman.
Pengertian Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah adalah
semua penerimaan keuangan suatu daerah, dimana penerimaan keuangan itu
bersumber dari potensi-potensi yang ada di daerah tersebut misalnya pajak
daerah, retribusi daerah dan lain-lain, serta penerimaan keuangan tersebut
diatur oleh peraturan daerah.
Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu (UU.No
32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah), pendapatan daerah berasal dari
penerimaan dari dana perimbangan pusat dan daerah, juga yang berasal daerah itu
sendiri yaitu pendapatan asli daerah serta lain-lain pendapatan yang sah.
Perimbangan keuangan pemerintah
pusat dan daerah adalah sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional,
demokratis, transparan, dan bertanggung jawab dalam rangka pendanaan
penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan
kebutuhan daerah serta besaran penyelenggaraan
dekonsentrasi dan tugas pembantuan. (UU.No 32 Tahun 2004).
Pengeritan pendapatan asli daerah
menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 yaitu sumber keuangan daerah yang
digali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak
daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Menurut UU No 33 Tahun 2004 , Sumber Pendapatan Daerah terdiri dari ;
1. Pendapatan Asli Daerah
2. Dana Perimbangan
3. Lain-lain penerimaan yang syah.
Pembangunan Daerah merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional, maka dalam hal ini sudah tentu memerlukan dana untuk
membiayai pembangunan. Untuk mewujudkan kemandirian daerah dalam pembangunan
dan mengurus rumah tangganya sendiri, maka Pemerintah Daerah diberi kesempatan
untuk menggali sumber-sumber keuangan yang ada di daerah. Untuk itu Pemerintah
Pusat memberikan wewenang kepada Pemerintah daerah (Desentralisasi). Sejalan
dengan desentralisasi tersebut, aspek pembiayaannya juga ikut
terdesentralisasi. Implikasinya, daerah dituntut untuk dapat membiayai sendiri
biaya pembangunannya.
Adapun hubungan Pendapatan Daerah dengan beragam
variabel fisik dan sosial ekonomi adalah untuk mengidentifikasikan variabel
mana yang mempunyai pengaruh terbanyak terhadap penerimaan Pendapatan Daerah diperoleh
daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, terdiri dari :
a. Pajak daerah
b. Retribusi daerah
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.
d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
Pengertian Pendapatan Nasional
Setiap
kegiatan ekonomi dalam suatu negara pasti
berkaitan pendapatan
nasional. Tingkat perkembangan ekonomi suatu negara juga dapat dilihat dari pendapatan
nasionalnya.
nasional. Tingkat perkembangan ekonomi suatu negara juga dapat dilihat dari pendapatan
nasionalnya.
Konsep
pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William Petty dari Inggris
yang berusaha menaksir pendapatan nasional negaranya(Inggris) pada tahun 1665. Dalam
perhitungannya, ia menggunakan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan
penjumlahan biaya hidup (konsumsi) selama setahun.
Namun,
pendapat tersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut
pandangan ilmu ekonomi modern, konsumsi bukanlah satu-satunya unsur dalam
perhitungan pendapatan nasional. Menurut mereka, alat utama sebagai pengukur
kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto (Gross National Product,
GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh
negara yang bersangkutan diukur menurut harga pasar pada suatu negara.
Selain bertujuan untuk
mengukur tingkat kemakmuran suatu negara dan untuk mendapatkan data-data
terperinci mengenai seluruh barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara selama
satu periode, perhitungan pendapatan nasional juga memiliki manfaat-manfaat
lain, diantaranya untuk mengetahui dan menelaah struktur perekonomian nasional.
Data pendapatan nasional dapat digunakan untuk menggolongkan suatu negara
menjadi negara industri,
pertanian,
atau negara jasa.
Contohnya, berdasarkan pehitungan pendapatan nasional dapat diketahui bahwa Indonesia
termasuk negara pertanian atau agraris, Jepang
merupakan negara industri, Singapura termasuk negara yang unggul di sektor jasa, dan
sebagainya.Disamping itu, data pendapatan nasional juga dapat digunakan untuk menentukan besarnya kontribusi berbagai sektor perekomian terhadap pendapatan nasional, misalnya sektor pertanian, pertambangan, industri, perdaganan, jasa, dan sebagainya. Data tersebut juga digunakan untuk membandingkan kemajuan perekonomian dari waktu ke waktu, membandingkan perekonomian antarnegara atau antardaerah, dan sebagai landasan perumusan kebijakan pemerintah.
Setiap negara memiliki suatu
sistem perhitungan pendapatan nasional. Sistem tersebut
merupakan suatu cara mengumpulkan informasi perhitungan terhadap hal-hal sebagai berikut.
a. Nilai berbagai ibarang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara
merupakan suatu cara mengumpulkan informasi perhitungan terhadap hal-hal sebagai berikut.
a. Nilai berbagai ibarang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara
b. Nilai berbagai jenis pengeluaran atas produk
nasional
c. Jumlah pendapatan yang diterima oleh berbagai
faktor produksi yang digunakan
untuk menciptakan produk nasional tersebut.
untuk menciptakan produk nasional tersebut.
Pengaruh bisnis ritel terhadap pendapatan daerah Jawa Barat dan pendapatan
nasional
Munculnya
konsep ritel baru seperti hipermarket, supermarket, dan minimarket, yang
termasuk ke dalam jenis ritel modern (pasar modern) merupakan peluang pasar
baru yang dinilai cukup potensial oleh para pebisnis ritel, namun dilain sisi dapat
mengancam keberadaan pasar tradisional yang belum dapat bersaing dengan pasar
modern terutama dalam hal manajemen usaha dan permodalan. Dari waktu ke waktu
jumlah pasar modern cenderung mengalami pertumbuhan positif sedangkan pasar
tradisional cenderung mengalami pertumbuhan negatif. Menurut survei Nielsen
dalam Hartati (2006), jumlah pusat perdagangan modern di Indonesia, baik
hipermarket, supermarket, minimarket, hingga convenience store, meningkat hampir
7,4% selama periode 2011-2012. Dari total 1.752.437 gerai pada tahun 2011 menjadi 1.881.492
gerai di tahun 2012.
Sehingga dapat diperoleh rinciannya untuk pendapatan daerah Jawa Barat sebagai berikut:
No.
|
Jenis
Pendapatan
|
2011
|
2012
|
|||||
Target
|
Realisasi
|
%
|
Target
|
Realisasi
|
%
|
|||
I
|
Pendapatan Asli Daerah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Pajak Daerah
|
17.125.154.000
|
18.700.941.579
|
109,20
|
23.986.000.000
|
25.354.660.057
|
105,71
|
|
2
|
Retribusi Daerah
|
14.741.868.248
|
14.102.771.763
|
95,68
|
18.626.506.322
|
14.594.369.863
|
78,35
|
|
3
|
Hasil Perusahaan Milik Daerah
& Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
|
2.824.625.725
|
2.412.196.979
|
85,40
|
2.516.341.948
|
2.002.784.654
|
79,59
|
|
4
|
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah
Yang Sah
|
7.170.195.659
|
7.695.024.790
|
107,32
|
47.764.224.399
|
44.779.781.265
|
93,75
|
|
|
Jumlah
|
41.861.843.632
|
42.910.935.111
|
102,51
|
92.893.072.669
|
86.731.595.839
|
93,37
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
II
|
Dana Perimbangan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Bagi Hasil Pajak
|
47.019.109.606
|
48.025.181.765
|
102,14
|
47.519.109.606
|
44.456.559.746
|
93,56
|
|
2
|
Bagi Hasil Bukan Pajak
|
16.988.364.346
|
23.162.285.723
|
136,34
|
18.050.566.255
|
15.699.877.391
|
86,98
|
|
3
|
Dana Alokasi Umum
|
722.130.954.000
|
722.130.954.000
|
100,00
|
892.633.054.000
|
892.633.054.000
|
100,00
|
|
4
|
Dana Alokasi Khusus
|
69.418.900.000
|
69.418.900.000
|
100,00
|
68.155.840.000
|
51.116.880.000
|
75,00
|
|
|
Jumlah
|
855.557.327.952
|
862.737.321.488
|
100,84
|
1.026.358.569.861
|
1.003.906.371.137
|
97,81
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
III.
|
Lain-lain Pendapatan Daerah Yang
Sah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Pendapatan Hibah
|
10.950.000.000
|
10.950.000.000
|
100,00
|
|
|
|
|
2
|
Bagi Hasil Pajak Provinsi
|
28.943.636.261
|
29.058.996.364
|
100,40
|
41.941.985.025
|
27.088.370.930
|
64,59
|
|
3
|
Dana Penyesuaian dan Otonomi
Daerah
|
175.269.063.080
|
168.940.068.400
|
96,39
|
147.605.926.000
|
147.605.926.000
|
100,00
|
|
4
|
Bantuan Keuangan dari Propinsi
|
105.134.177.000
|
99.090.141.500
|
94,25
|
142.309.513.860
|
88.512.902.300
|
62,20
|
|
|
Jumlah
|
320.296.876.341
|
308.039.206.264
|
96,17
|
331.857.424.885
|
263.207.199.230
|
79,31
|
|
|
|
|
|
|
|
||
Jumlah
Pendapatan Daerah
|
1.217.716.047.925
|
1.213.687.462.863
|
99,67
|
1.451.109.067.415
|
1.353.845.166.206
|
93,30
|
Permintaan produk kebutuhan sehari-hari (consumer
goods) masih merupakan permintaan utama. Produk bahan makanan (groceries)
mendominasi sekitar 67% komposisi penjualan barang perdagangan ritel. Sementara
untuk produk non-pangan, penjualan pakaian dan sepatu memberikan kontribusi
sebesar 30% barang perdagangan ritel, diikuti penjualan barang-barang
elektronik sebesar 12%, dan penjualan produk kesehatan dan kecantikan sebesar
11%. Potensi pengembangan pasar ritel modern di Indonesia masih relatif besar
terhadap jumlah populasi penduduk. Jumlah toko ritel modern per satu juta
penduduk Indonesia saat ini sekitar 52, lebih rendah dibandingkan dengan
negara-negara tetangga lainnya seperti Malaysia 156 toko, Thailand 124 toko,
Singapura 281 toko, dan China 74 toko. Jumlah toko ritel modern di Indonesia
hanya menempati porsi yang sangat kecil (0,7%) dibandingkan dengan jumlah toko
tradisional per satu juta penduduk Indonesia yang mencapai 7.937 toko.
Format minimarket mengalami pertumbuhan tertinggi,
baik dilihat dari sisi jumlah gerai toko maupun pangsa perdagangan ritel
penjualan produk fast moving consumer goods (FMCG). Jumlah minimarket di
Indonesia pada tahun 2011 mencapai 10.607 toko dengan pertumbuhan rata-rata per
tahun sebesar 17,3%, tertinggi dibandingkan format ritel modern lainnya,
disusul hypermarket dengan pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 16,9%.
Sementara itu, pangsa perdagangan ritel minimarket untuk penjualan produk FMCG
meningkat cukup signifikan dibandingkan format lainnya, yaitu dari sebesar 5%
di tahun 2011 menjadi 16% di tahun 2012.
PT Matahari Putra Prima Tbk (MPP) telah mengambil
langkah inisiatif strategis untuk mengkaji dan menganalisa kegiatan bisnisnya
secara keseluruhan, terkait dengan rencana perusahaan mengembangkan kompetensi
inti dalam bisnis hypermarket-nya. Sebagai pelopor compact hypermarket di
Indonesia dengan model bisnis yang telah teruji, akan terus berfokus kepada
bisnis ritel makanan, melalui fase ekspansi Hypermart ke semua daerah di
Indonesia. Selain itu, streamline semua bisnis non-inti lainnya/bisnis
non-hypermarket, guna memastikan bahwa semua sumber daya MPP dioptimalkan 100%,
untuk mendorong pertumbuhan bisnis Hypermart. Indonesia merupakan negara berpotensi
besar dan memiliki pertumbuhan pasar yang paling menarik secara global diantara
negara berkembang lainnya. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di
dunia dengan segmen kelas menengah yang meningkat, ekonomi yang ditopang oleh
basis konsumen yang kuat, daya beli yang terus meningkat dan menghasilkan
pertumbuhan ekonomi tahunan yang kokoh. Sampai saat ini, ekonomi berbasis
konsumen yang kuat ini telah mendorong pertumbuhan PDB negara dan diprediksikan
akan terus tumbuh rata-rata 5,6% per tahun sampai dengan tahun 2014, sedangkan
PDB perkapita diperkirakan akan tumbuh sebesar 11,3% sampai dengan tahun 2014
dan akan melampaui batas US$ 3.000 di tahun 2012.
Pertumbuhan daerah-daerah di Indonesia juga
berlangsung pesat akhir-akhir ini, baik dari sektor ekonomi, pariwisata maupun
pendidikan. Dimana setiap daerah berkembang dengan potensinya masing-masing.
Pertumbuhan pariwisata dan meningkatnya populasi ekspartriat, menyebabkan
peningkatan jumlah impor. Riteler besar seperti Carrefour Indonesia, Matahari
Putra Prima Tbk, dan Hero Supermarket berhasil meningkatkan penjualan merek,
melalui penjualan produk-produk private label, penawaran promosi yang menarik,
dan ekspansi ke daerah-daerah dan pasar yang belum jenuh.
Pada tahun 2011 industri hipermarket di Indonesia
mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia
(Aprindo) memperkirakan, total belanja ritel modern tahun ini bakal mencapai Rp
100 trilyun. Sebanyak Rp 65 triliun merupakan belanja makanan dan sisanya
non-makanan. Dari jumlah belanja makanan ini, hipermarket mengambil porsi 35
persen, minimarket 35 persen dan supermarket 30 persen. Makanan yang merupakan
kebutuhan pokok manusia, mengharuskan kita mau tidak mau untuk berbelanja
makanan dan minuman setiap harinya. Hal inilah yang menyebabkan mengapa mini
market dan hypermarket pertumbuhannya sangat pesat.
Pertumbuhan gerai ritel makanan di hypermarket rata
rata 30% per tahun dan supermarket 7% per tahun dan convenience store/mini
market sekitar 15%. Pada tahun 2003, penjualan sektor ritel modern makanan
dikuasai oleh supermarket 60%, hypermarket 20% dan sisanya 20% oleh convenience
store/mini market.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ipem4425/PendapatanAsliDaerah.htmhttp://wardayadi.wordpress.com/materi-ajar/kelas-x/pendapatan-nasional-2/
Bolavita adalah situs agen judi online yang menyediakan berbagai jenis permainan taruhan online yang cukup lengkap antara lain adalah sabung ayam live, casino live, poker online, tembak ikan, togel online, bola tangkas, slot, ding-dong, taruhan bola, basket dan masih banyak lainnya....
BalasHapusBolavita Agen Judi Online Menyediakan berbagai layanan transaksi seperti :
• judi online ovo
• judi online dana
• judi online Linkaja
• judi online deposit rekening
Tersedia Bonus :
• Bonus Deposit Pertama 10%
• Bonus Cashback 5% s/d 10% Setiap Minggu
• Bonus Referral 7% + 2% (seumur hidup)
• Bonus Potongan Togel 30% s/d 66%
• Bonus Rollingan Casino 0.5% + 0.7%
• Bonus 100% ( Khusus Sabung Ayam Live & Sexy Baccarat )
Link pendaftar : http://159.89.197.59/register/
Layanan 24 Jam : http://bit.ly/kontakonline24jam