Pengaruh Bisnis Retail Giant
Hypermarket Terhadap Kepuasan Konsumen
Disusun Oleh :
Nama : Esther Marietha
NPM : 29213817
Kelas : 1EB18
Daftar Isi
Cover.........................................................................................................................................
1
Daftar Isi....................................................................................................................................
2
Bab 1
Pendahuluan....................................................................................................................
3
1.1 Latar
Belakang..............................................................................................................
3
1.2 Rumusan
Masalah.........................................................................................................
4
1.3 Tujuan...........................................................................................................................
4
Bab 2
Pembahasan....................................................................................................................
5
Daftar
Pustaka.........................................................................................................................
11
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Retail berasal dari bahasa Inggris dan sering disebut
pula ritel yang berarti eceran. Ritel adalah
salah satu cara pemasaran produk meliputi semua aktivitas yang melibatkan
penjualan barang
secara langsung ke konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis. Seseorang ataupun sebuah organisasi yang menjalankan
bisnis ritel disebut sebagai pengecer atau retailer.
Pengertian Retailing adalah
semua aktivitas yang mengikut sertakan pemasaran barang dan jasa secara
langsung kepada pelanggan. Retailing
merupakan tahapan terakhir dalam suatu distribusi, yang akan memebentuk bisnis
dan orang-orang yang terlibat dalam suatu pergerakan fisik dan transfer
kepemilikan barang atau jasa dari produsen kepada konsumen.
Dalam suatu channel distribusi
retailing memerankan sebuah peranan penting seagai penengah antara produsen,
agen, dan para supplier serta para konsumen. Retailer mengumpulkan berbagai
jenis barang dan jasa dari berbagai sumber,produsen ataupun supplier dan
menawarkannya kepada konsumen.
Industri
ritel terus berubah seiring dengan perubahan teknologi, perkembangan dunia
usaha, dan tentunya kebutuhan konsumen. Agar berhasil dalam pasar ritel yang
kompetitif, retailer
harus dapat menawarkan produk yang tepat, dengan harga yang tepat, pada tempat
yang tepat, dan waktu yang tepat. Oleh karena itu, pemahaman retailer tehadap karakteristik
target pasar atau konsumen yang akan dilayani merupakan hal yang sangat
penting.
Faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap bisnis ritel adalah 4P yaitu Place,Price,Product
dan Promotion. Dengan
menitikberatkan perhatian yang berbeda-beda pada keempat variabel tersebut
karena bergantung kepada pembuat
keputusan pemasarannya untuk menyesuaikan dengan lingkungan yang cenderung
berubah-ubah yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan mencapai tujuan
perusahaan, dimana konsep tersebut berlaku bagi bisnis retail dengan penekanan pada faktor yang
berlainan. Oleh
karena itu sebelum memulai
bisnis ini hendaknya kita harus sudah memahaminya dengan benar untuk
memperkecil resiko kerugian.
Pengeritan
pendapatan asli daerah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 yaitu sumber keuangan
daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari
hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimana
sejarah bisnis ritel?
1.2.2
Bagaimana
pengaruh bisnis retail terhadap konsumen di Jawa Barat?
1.3
Tujuan
1.3.1
Untuk
mengetahui sejarah bisnis retail
1.3.2
Untuk
mengetahui pengaruh bisnis retail terhadap konsumen di Jawa Barat
BAB
2
PEMBAHASAN
Enam tahun yang lalu merebak trend bisnis retail yang menjamur hingga saat ini, yang dimulai
dari minimart yang menjual barang kebutuhan sehari, yang dapat kita temukan
disekitar daerah rumah atau kantor kita. Sehingga pernah kita
mendengar perperangan retail terbesar di Indonesia. Semua dimulai dari
perkembangan teknologi informasi dan inovasi
yang memungkinkan proses pembelian dan penjualan dilakukan dengan alat yang
disebut barcode, software penjualan yang canggih dan pelayanan profesional yang
terstandarisasi. Perkembangan bisnis retail tentunya tidak hanya akan berakhir
sampai disini, seiring waktu berjalan, Peretailan akan terus menerus mengalami
inovasi inovasi.
Munculnya “bisnis retail” seperti
mini market, super market, hypermarket dan sebagainya adalah bagian dari
modernisasi dari pasar tradisional yang memungkinkan orang dapat berbelanja
dengan fasilitas dan kenyaman serta pelayanan yang baik, selain itu harga dari
setiap produk yang cukup terjangkau.
Perubahan
perilaku bisnis tersebut adalah bagian dari pengaruh perilaku pasar yang trend
di luar negeri yang kemudian masuk ke Indonesia sejak tahun 1990an, ditandai
dengan dibukanya perusahaan retail besar asal negeri sakura Jepang yaitu
“SOGO”, sejalan dengan itu mengundang banyak reaksi kritikan, disebabkan Super
market ini banyak diminati orang, yang berimplikasi pada persaingan pasar,
utamanya pada usaha menengah seperti toko produk barang sejenisnya yang nyaris
gulung tikar, bahkan sebagian kalangan menilai berdampak buruk terhadap
perekonomian di Indonesia, maka Kemudian dikeluarkannya keputusan presiden No.
99/1998, yang menghapuskan larangan investor asing untuk masuk kedalam “bisnis
retail” di Indonesia.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah
yang tertuang dalam Keputusan Presiden RI No. 112/th. 2007, didefinisikan bahwa
format pasar swalayan terbagi atas tiga kategori yaitu pertama,
Minimarket yaitu produk dijualnya hanya kebutuhan rumah tangga, makanan dan
termasuk kebutuhan harian, jumlah produknya <5000 item, luas gerainya
maksimum 400m2, potensi penjualannya maksimum 200 juta dan area parkirnya
terbatas. Kedua, supermarket produk dijualnya adalah kebutuhan rumah
tangga, makanan, dan termasuk kebutuhan harian, jumlah produknya 5000-25000
item, luas gerainya 400-5000m2, area parkirnya sedang (memadai), potensi
penjualannya 200 juta-10 milliar. Ketiga, hypermarket produk yang
dijualnya adalah kebutuhan rumah tangga, makanan dan termasuk kebutuhan harian,
textile, fashion, furniture, dan lain-lain, luas gerainya >5000m2, area
parkirnya sangat besar, potensi penjualannya >10 milliar.
Kini di kabupaten atau kota bahkan
desa di Indonesia, “bisnis retail” mulai banyak dilirik kalangan pengusaha,
sebab memiliki pengaruh positif terhadap jumlah lapangan pekerjaan dan
keuntungannya yang menjanjikan, dengan sistem pemasaran format self service,
yaitu konsumen membayar di kasir yang telah disediakan. Adanya sentuhan
teknologi, yang terintegrasi pada perangkat lunak (software), memudahkan
pencatatan dengan menggunakan komputer, baik itu pencatatan aktifitas dan
transaksi dari administrator, kasir, kepala gudang dan lain sebagainya, membuat
manajemen atau pengelolaannya rapi dan terkontrol serta laporan transaksi dapat
di evaluasi setiap bulannya. Dari aspek sosialnya, menciptakan budaya baru
dalam berbelanja, yaitu adanya atmosfer berbelanja yang lebih bersih dan
nyaman.
Pasar modern (ritel) yang berkembang sekarang ini
memberikan banyak alternatif pada
konsumen sebagai tempat untuk berbelanja. Alternatif
yang begitu banyak menyebabkan
pasar modern (ritel) harus memperhatikan berbagai
faktor, salah satu diantaranya adalah
faktor persepsi konsumen yang memengaruhi perilaku
konsumen untuk mengambil keputusan
memilih tempat berbelanja yang menurut mereka yang
terbaik, dan keputusan yang dibuat
oleh konsumen akan menentukan kesuksesan sebuah pasar
modern (ritel). Penelitian ini
dilakukan untuk menguji pengaruh dari lokasi,
kelengkapan produk, kualitas produk, harga,
pelayanan, kenyamanan berbelanja dan promosi secara
bersama maupun secara parsial
terhadap minat konsumen untuk berbelanja dan untuk
menganalisis variabel manakah yang
paling dominan dalam memengaruhi minat konsumen untuk
berbelanja.
Dalam memilih toko (ritel), konsumen memiliki kriteria
evaluasi diantaranya adalah faktor
lokasi, kelengkapan produk, kualitas produk, harga,
pelayanan, kenyamanan berbelanja dan
promosi. Hal tersebut menjadikan faktor yang sangat
penting dan harus diperhatikan produsen
karena akan menjadi bahan pertimbangan bagi konsumen
untuk memilih toko mana yang
akan didatangi konsumen.
Ada tiga faktor yang dapat mendorong usaha ritel,
antara lain sebagai berikut.
1. Lokasi Usaha
Faktor utama yang harus diperhatikan dalam memulai
atupun mengembangkan usaha ritel adala faktor lokasi. Panduan dalam memilih
lokasi usaha ritel yang baik menurut Guswai (2009) adalah sebagai berikut.:
a.
Terlihat (visible)
Lokasi usaha ritel yang baik adalah harus terlihat
oleh banyak orang yang lalu lalang di lokasi tersebut.
b. Lalu lintas yang padat (heavy traffic)
Semakin banyak lokasi usaha ritel dilalui orang, maka
semakin banyak orang yang tahu mengenai usaha ritel tersebut.
c. Arah pulang ke rumah (direction to home)
Pada umumnya, pelanggan berbelanja di suatu toko ritel
pada saat pulang ke rumah. Sangat jarang orang berbelanja pada saat akan
berangkat kerja.
d. Fasilitas umum (public facilities)
Lokasi usaha ritel yang baik adalah dekat dengan
fasilitas umum seperti terminal angkutan umum, pasar, atau stasiun kereta.
Fasilitas umum tersebut bisa menjadi pendorong bagi sumber lalu lalang calon
pembeli/pelanggan untuk kemudian berbelanja di toko ritel. Hal ini disebut
dengan impulsive buying atau
pembelian yang tidak direncanakan.
e. biaya akuisisi (acquisition
cost)
Biaya merupakan hal yang harus dipertimbangkan dalam
berbagai jenis usaha. Peritel harus memutuskan apakah akan membeli suatu lahan
atau menyewa suatu lokasi tertentu. Peritel hendaknya melakukan studi kelayakan
dari sisi keuangan untuk memutuskan suatu lokasi usaha ritel tertentu.
f. Peraturan/perizinan
(regulation)
Dalam menentukan suatu lokasi usaha ritel harus juga
mempertimbangkan peraturan yang berlaku. Hendaknya peritel tidak menempatkan
usahanya pada lokasi yang memang tidak diperuntukan untuk usaha, seperti taman
kota dan bantaran sungai.
g. Akses (access)
Akses merupakan jalan masuk dan keluar menuju lokasi.
Akses yang baik haruslah memudahkan calon pembeli/pelanggan untuk sampai ke
suatu usaha ritel. Jenis-jenis hambatan akses bisa berupa perubahan arus lalu
lintas atau halangan langsung ke lokasi toko, seperti pembatas jalan.
h. Infrastruktur (infrastructure)
Infrastruktur yang dapat menunjang keberadaan suatu
usaha ritel, antara lain lahan parkir yang memadai, toilet, dan lampu
penerangan. Hal tersebut dapat menunjang kenyamanan pelanggan dalam mengunjungi
suatu toko ritel.
i. Potensi pasar yang tersedia (captive market
Pelanggan biasanya akan memilih lokasi belanja yang
dekat dengan kediamannya. Menetapkan lokasi usaha ritel yang dekat dengan
pelanggan akan meringankan usaha peritel dalam mencari pelanggan.
j. Legalitas (legality)
Untuk memutuskan apakah membeli atau menyewa sebuah
lokasi untuk menempatkan usaha, peritel harus memastikan bahwa lokasi tersebut
tidak sedang memiliki masalah hukum (sengketa). Segala perjanjian jual beli
maupun sewa-menyewa hendaknya dilakukan di hadapan notaris. Pihak notaris akan
memeriksa kelengkapan dokumen sebelum melakukan pengesahan jual beli ataupun
sewa-menyewa.
Kesalahan dalam menentukan lokasi usaha ritel dapat
memiliki dampak jangka panjang. Peritel harus mempertimbangkan biaya yang sudah
dikeluarkan ketika menjalankan usaha ritel seperti pemasangan listrik, jaringan
sistem komputer, dan dekorasi bangunan. Memindahkan bisnis ke lokasi yang baru
yang dinilai akan lebih menguntungkan juga bukan hal yang mudah karena harus
mempertimbangkan barbagai hal, seperti luas ruangan yang dibutuhkan, dekorasi
ruangan, perizinan, dan lain sebagainya.
2. Harga yang tepat
Usaha ritel biasanya menjual produk-produk yang biasa
dibeli/dikonsumsi pelanggan sehari-hari. Oleh karena itu, pelanggan bisa
mengontrol harga dengan baik. Jika suatu toko menjual produk dengan harga yang
tinggi, maka pelanggan akan pindah ke toko lain yang menawarkan harga yang lebih
rendah, sehingga toko menjadi sepi pelangaan. Sebaliknya, penetapan harga yang
terlalu murah mengakibatkan minimnya keuntungan yang akan diperoleh, sehingga
peritel belum tentu mampu menutup biaya-biaya yang timbul dalam menjalankan
usahanya.
3. Suasana toko
Suasana toko yang sesuai bisa mendorong pelanggan
untuk datang dan berlama-lama di dalam toko, seperti memasang alunan musik
ataupun mengatur tata cahaya toko. Ada dua hal yang perlu di perhatikan untuk
menciptakan suasana toko yang menyenangkan, yaitu eksterior toko dan interior
toko.
a.
Eksterior toko, meliputi keseluruhan bangunan fisik yang bisa dilihat
dari bentuk bangunan, pintu masuk, tangga, dinding, jendela dan sebagainya.
Eksterior toko berperan dalam mengounikasikan informasi tentang apa yang ada
didalam gedung, serta dapat membentuk citra terhadap keseluruhan tampilan toko.
b.
Interior toko, meliputi estetika toko, desain ruangan, dan tata letak toko,
seperti penempatan barang, kasir, serta perlengkapan lainnya
Jika pelanggan menangkap eksterior toko dengan baik,
maka ia akan termotivasi untuk memasuki toko. Ketika pelanggan sudah
memasuki toko, ia akan memperhatikan interior toko dengan cermat. Jika
pelanggan memiliki persepsi / anggapan yang baik tentang suatu toko, maka
ia akan senang dan betah berlama-lama didalam toko.
Selain eksterior dan
interior toko, faktor penting lainnya yang memengaruhi keberhasilan toko
adalah pramuniaga. Pramuniaga menentukan puas tidaknya pelanggan setelah
berkunjung sehingga terjadi transaksi jual beli ditoko tersebut. Pramuniaga
yang berkualitas sangat menunjang kemajuan toko. Pramuniaga sebaiknya
mampu menarik simpati pelanggan dengan segala keramahannya, tegur sapanya,
informasi yang diberikan, cara bicara, dan suasana yang bersahabat.
Dalam
pertumbuhan ekonomi banyaknya karyawan baru diikuti oleh pasar ritel disebabkan
oleh munculnya permintaan akan barang dan jasa. Sedangkan dalam bidang sosial
budaya Masyarakat yang semakin aktif dalam kehidupan sosial akan meningkatkan
aktivitas pengadaan barang dan jasa guna memfasilitasi kegiatan mereka.
Usaha ritel
memberikan kebutuhan ekonomis bagi pelanggan melalui lima cara, antara lain :
a. Memberikan suplai / pasokan
barang dan jasa pada saat dan ketika dibutuhkan konsumen/pelanggan dengan sedikit
atau tanpa penundaan. Usaha ritel biasanya berlokasi didekat rumah pelanggan,
sehingga pelanggan bisa dengan segera mendapatkan suatu produk tanpa perlu
menunggu lama.
b. Memudahkan konsumen/pelanggan
dalam memilih atau membandingkan bentuk, kualitas, dan barang serta jasa
yang ditawarkan. Pelanggan mungkin hanya ingin lebih dari sekedar mendapatkan
barang yang diinginkan pada tempat yang nyaman. Mereka hampir ingin selalu
belanja di mana bisa mendapatkan kemudahan memilih, membandingkan kualitas, bentuk,
dan harga dari produk yang diinginkan. Dalam menarik dan memuaskan pelanggan,
para peritel biasanya akan berusaha menciptakan suasana belanja yang nyaman.
c. Menjaga harga jual tetap rendah
agar mampu bersaing dalam memuaskan pelanggan.
d. Membantu meningkatkan standar
hidup masyarakat. Produk yang dijual dalam usaha ritel, tergantung pada apa
yang dibeli dan dikonsumsi oleh masyarakat. Upaya promosi yang dilakukan, tidak
hanya memberikan informasi kepada masyarakat mengenai beragam produk barang dan
jasa, tetapi juga dapat meningkatkan keinginan pelanggan untuk membeli. Hasil
akhirnya adalah peningkatan standar hidup dan penjualan produk.
e. Adanya usaha ritel juga
memungkinkan dilakukannya produksi besar-besaran (produksi massal). Produksi
massal tidak akan dapat dilakukan tanpa sistem pengecer yang efektif dalam
mendistribusikan produk yang dibuat secara massal bagi pelanggan.
Usaha ritel
memiliki kelebihan dan kekurangannya dalam kegiatannya. Kelebihan dan
kekurangan usaha ritel, antara lain sebagai berikut.
1.
Kelebihan
Usaha Ritel
Kelebihan
usaha ritel, antara lain :
a.
Modal yang
diperlukan cukup kecil, namun keuntungan yang diperoleh cukup besar.
b.
Umumnya
lokasi usaha ritel strategis. Mereka mendekatkan tempat wisata dengan tepat berkumpul
konsumen, seperti didekat pemukiman penduduk, terminal bis, atau kantor-kantor.
c.
Hubungan
antara peritel dengan pelanggan cukup dekat, karena adanya komunikasi dua arah
antara pelanggan dengan peritel.
2.
Kekurangan Usaha Ritel
Kekurangan
usaha ritel, antara lain :
a.
Keahlian
dalam mengelola toko ritel berskala kecil kurang diperhatikan oleh peritel.
Usaha ritel berskala kecil terkadang dianggap hanyalah sebagai pendapatan
tambahan sebagai pengisi waktu luang, sehingga peritel kurang memperhatikan
aspek pengelolaan usahanya.
b.
Administrasi
(pembukuan) kurang atau bahkan tidak diperhatikan oleh peritel, sehingga
terkadang uang atau modalnya habis tidak terlacak
c.
Promosi
usaha tidak dapat dilakukan dengan maksimal, sehingga ada usaha ritel yang
tidak diketahui oleh calon pembeli atau pelanggan.
Hasil Uji Validitas 200 responden Pada program SPSS teknik pengujian yang
peneliti gunakan untuk uji validitas adalah menggunakan analisis faktor yaitu
menemukan pengaruh sejumlah variable yang bersifat independent dengan yang
lain. Dan confirmatory factor analysis yang peneliti pilih yaitu teknik
multivariat yang akan menegaskan dimensi konsep yang telah didefinisikan secara
operasional, sekaligus menunjukkan item mana yang paling tepat untuk tiap
dimensi atau menghasilkan validitas konsep (Sekaran, 2006:45) dengan batas
signifikan sebesar 0,5. Hasil analisis validitas yang didistribusikan kepada
200 responden untuk tiap-tiapitem pertanyaan.
Hasil uji reliabilitas dalam tabel di atas menunjukkan bahwa secara
keseluruhan item-item pertanyaan yang ada dalam masing-masing variabel adalah
reliabel (handal) karena nilai alpha > 0.6. Jadi dari uji validitas dan
reliabilitas dapat disimpulkan bahwa semua variabel yang digunakan dalam penelitian
ini valid dan reliabel. Semua variabel tersebut digunakan dalam penelitian
lebih lanjut, sebab apabila data yang ada tidak digunakan dalam analisis lebih
lanjut dapat menyebabkan hasil yang bias dalam analisis maka data tetap
digunakan dalam analisis. Meskipun banyak buku yang menyatakan bahwa data yang
akan dianalisis harus valid dan reliabel.
Pengaruh Keandalan,
Ketanggapan, Keyakinan, Empati, Keberwujudan pada Kepuasan Konsumen Pada
hakekatnya kualitas pelayanan merupakan suatu perbandingan antara pelayanan
yang diharapkan masyarakat dengan pelayanan yang diterimanya. Kualitas yang
dirasakan merupakan penilaian masyarakat terhadap keseluruhan kinerja dari
karyawan Hypermarket Giant.
Kualitas sebagai penilaian subyektif masyarakat sangat ditentukan oleh
persepsi masyarakat terhadap jasa, persepsi tersebut dapat berubah karena
pengaruh penilaian tersebut. Dari hasil perhitungan dengan analisis jalur dapat
diketahui bahwa yang mempunyai pengaruh signifikan pada kepuasan konsumen
adalah variabel keyakinan dan variabel keberwujudan karena mempunyai nilai p
< 0.05. Pada kolom p terlihat angka (0.020, < 0.001) di bawah angka 0.05.
Hal ini menunjukkan pada tingkat signifikansi 5% variabel keyakinan dan
keberwujudan berpengaruh signifikan pada kepuasan konsumen.
Oleh karena itu Hypermarket Giant hendaknya lebih memperhatikan
kualitas pelayanan dalan variabel keyakinan yang meliputi kemampuan karyawan
atas pengetahuan terhadap produk secara tepat, kualitas, keramah tamahan,
perhatian dan kesopanan dalam memberikan pelayanan. Hypermarket Giant harus
lebih memperhatikan kepuasan konsumen dalam hal kesan terhadap kinerja (hasil)
sesuatu produk dengan harapannya untuk mencapai kesetiaan konsumen atau
loyalitas konsumen yang diukur dari kesetian terhadap jasa, perekomendasian,
dan penggunaan secara kontinyu.
DAFTAR PUSTAKA