ANALISA
PEMBAHASAN PENALARAN DEDUKTIF
OLEH :
Drs. Budi
Santoso, MM
Esther
Marietha
29213817
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015
Kata Pengantar
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan penyertaanNya yang
selalu menyertai kami dalam memahami segala ilmu yang kami pelajari dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan. Penulisan Ilmiah ini dibuat berdasarkan
tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Bahasa Indonesia Drs. Budi Santoso,
MM yang kami hormati.
Tugas ini membahas tentang
“Penalaran Deduktif” sehingga dalam makalah ini kami membahas lebih dalam apa
saja yang dapat kita pelajari mengenai “Penalaran” itu sendiri. Tugas ini kami
tujukan untuk diri kami sendiri sebagai pelajar yang mempelajari dan memahami
mengenai Penalaran Deduktif, kepada dosen kami Drs, Budi Santsoso, MM dan bentuk
pengabdian dan tanggung jawab kami kepada kedua orang tua dalam pendidikan yang
sedang kami tempuh. Semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi orang lain yang
membaca tugas ini dan semoga tulisan ini dapat memuaskan bapak Drs. Budi
Santoso, MM sebagai pengajar kami.
Jakarta, 07 Nopember 2015
Penulis
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2. Tujuan Penulisan ...................................................................... 1
1.3. Rumusan Masalah ...................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................... 2
2.1. Definisi Penalaran ...................................................................... 2
2.2. Penalaran Deduktif ...................................................................... 2
2.3. Macam – macam
Deduktif ...................................................................... 3
BAB III KESIMPULAN ...................................................................... 8
BAB IV DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Penalaran merupakan hal
yang kita sering gunakan sehari hari di dalam berkomunikasi atau berinteraksi
dengan orang terdekat baik keluarga maupun kerabat di tempat kuliah atau di
kantor. Namun pembahasan kali ini akan menjelaskan tentang penalaran
yang penggunaanya kita gunakan di dalam bahasa kita sehari-hari yaitu
Bahasa Indonesia.
1.2.
Tujuan Penulisan
Masalah
Penulisan ini akan dibuat dengan tujuan peningkatan mutu dalam penggunaan
Bahasa Indonesia dalam menguasa kemampuan berfikir, bersifat rasional dan
dinamis berpandangan untuk menganalisa konsep penalaran yang bertolak dari
pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau
sesuatu yang memang salah.
1.3.
Rumusan Masalah
1.
Apakah yang dimaksud dengan penalaran deduktif ?
2.
Ada berapa macam jenis penalaran deduktif ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Definisi
Penalaran
Penalaran adalah
proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep
dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan
terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah
proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah
proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut
menalar.
Dalam penalaran,
proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis ( antesedens
) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi ( consequence ).
2.2. Penalaran
Deduktif
Penalaran
deduktif adalah suatu tahap pemikiran dan pembelajaran manusia untuk
menghubungkan antara data dengan fakta yang ada sehingga pada akhirnya terdapat
kesimpulan yg dapat diambil.
Penalaran
deduktif bertolak dari sebuah konklusi atau simpulan yang didapat dari satu
atau lebih pernyataan yang lebih umum. Simpulan yang diperoleh tidak mungkin
lebih umum dari pada proposi tempat menarik simpulan itu. Proposi tempat
merarik simpulan itu disebut premis.
Atau dapat juga
di artikan penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada
suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan
berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih
khusus.
Metode ini
diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan
operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu
harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan
penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut,
konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Pengertian
Premis Mayor dan Premis Minor
Premis
mayor adalah pernyataan umum, sementara premis minor artinya pernyataan khusus.
Proses itu dikenal dengan istilah silogisme. Silogisme merupakan proses
penalaran di mana dari dua proposisi (sebagai premis) ditarik suatu proposisi
baru (berupa konklusi).
Misalnya
: "Semua orang akhirnya akan mati" (premis mayor).
Hasan
adalah orang (premis minor).
Oleh
karena itu, "Hasan akhirnya juga akan mati" (kesimpulan).
Jadi,
berfikir deduktif adalah berfikir dari yang umum ke yang khusus.
Dari yang abstrak ke yang konkrit. Dari teori
ke fakta-fakta.
2.3.
Macam – macam penalaran deduktif
Jenis
penalaran deduktif yang menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu:
1.
Silogisme Kategorial :
Silogisme yang terjadi dari tiga
proposisi. Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan
yang kategoris. Kondisional hipotesis, yaitu : bila premis minornya membenarkan
anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden,
simpulannya juga menolak konsekuen. Premis yang mengandung predikat dalam
kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam
kesimpulan disebut premis minor.
Contoh
:
·
Premis Mayor : Tidak
ada manusia yang abadi
·
Premis Minor : Socrates
adalah manusia
·
Kesimpulan : Socrates
tidak abadi
- Kaedah-kaedah
dalam silogisme kategorial adalah :
a. Silogisme
harus terdiri atas tiga term, yaitu : term mayor, term minor, term penengah.
b. Silogisme
terdiri atas tiga proposisi, yaitu : premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
c. Dua
premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
d. Bila
salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
e. Dari
premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
f. Dari
dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
g. Bila
premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
h. Dari
premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.
2. Silogisme
Hipotesis :
Silogisme yang terdiri atas premis mayor
yang berproposisi konditional hipotesis. Menurut Parera (1991: 131) Silogisme
hipotesis terdiri atas premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Akan tetapi
premis mayor bersifat hipotesis atau pengadaian dengan jika konklusi tertentu itu terjadi, maka kondisi
yang lain akan menyusul terjadi. Premis minor menyatakan kondisi pertama
terjadi atau tidak terjadi.
Ada 4 (empat) macam
tipe silogisme hipotesis:
· a. Silogisme hipotesis
yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika
hujan, saya naik becak.
Sekarang
hujan.
Jadi
saya naik becak.
· b. Silogisme hipotesis
yang premis minornya mengakui bagian
konsekuennya, seperti:
Bila
hujan, bumi akan basah.
Sekarang
bumi telah basah.
Jadi
hujan telah turun.
· c. Silogisme hipotesis
yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti:
Jika
politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan
timbul. Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa, Jadi kegelisahan
tidak akan timbul.
· d. Silogisme hipotetik
yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti: Bila mahasiswa turun ke
jalanan, pihak penguasa akan gelisah Pihak penguasa tidak gelisah. Jadi mahasiswa
tidak turun ke jalanan.
Kaedah- kaedah
Silogisme Hipotesis
·
Mengambil konklusi dari
silogisme hipotesis jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik.
Tetapi yang penting di sini adalah menentukan kebenaran konklusinya bila
premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
·
Bila antecedent kita
lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, jadwal hukum silogisme hipotetik
adalah:
§ Bila
A terlaksana maka B juga terlaksana.
§ Bila
A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
§ Bila
B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
§ Bila
B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana
Contoh :
a)
Premis Mayor: Jika
tidak turun hujan, maka panen akan gagal
Premis
Minor: Hujan tidak turun
Konklusi
: Sebab itu panen akan gagal.
b) Premis
Mayor : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Premis
Minor : Air tidak ada.
Kesimpulan
: Manusia akan kehausan.
3.
Silogisme Akternatif :
Silogisme yang
terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif
yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya
akan menolak alternatif yang lain. Proposisi minornya adalah proposisi
kategorial yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya. Konklusi
tergantung dari premis minornya.
Silogisme ini ada dua macam:
a. Silogisme disyungtif
dalam arti sempit mayornya
mempunyai alternatif kontradiktif, seperti:
la lulus atau tidak lulus.
Ternyata ia lulus
Jadi, la bukan tidak lulus
b. Silogisme disyungtif
dalam arti luas premis
mayomya mempunyai alternatif bukan kontradiktif, seperti:
Elsa di rumah atau di pasar.
Ternyata tidak di rumah.
Jadi, di pasar
Silogisme disyungtif dalam arti sempit
maupun arti iuas mempunyai dua tipe yaitu:
a. Premis
minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusi-nya adalah mengakui
alternatif yang lain.
b. Premis
minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari
alternatif yang lain.
Kaedah-kaedah silogisme alternatif :
a. Silogisme
disyungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila
prosedur penyimpulannya valid
b. Silogisme
disyungtif dalam arti luas, kebenaran koi adalah sebagai berikut:
ü Bila
premis minor mengakui salah satu alterna konklusinya sah (benar)
Contoh
:
Rizki
menjadi guru atau pelaut.
la
adalah guru.
Jadi
bukan pelaut
ü Bila
premis minor mengingkari salah satu a konklusinya tidak sah (salah)
Contoh :
Penjahat itu lari ke Surabaya atau ke
Yogya.
Ternyata tidak lari ke Yogya.
Jadi ia lari ke Surabaya. (Bisa jadi ia
lari ke kota lain).
4.
Entimen :
Silogisme ini jarang ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun tulisan. Yang
dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan.
Entimen atau Enthymeme berasal dari
bahasa Yunani “en” artinya di dalam dan “thymos” artinya pikiran adalah sejenis
silogisme yang tidak lengkap, tidak untuk menghasilkan pembuktian ilmiah,
tetapi untuk menimbulkan keyakinan dalam sebuah entimem, penghilangan bagian
dari argumen karena diasumsikan dalam penggunaan yang lebih luas, istilah
"enthymeme" kadang-kadang digunakan untuk menjelaskan argumen yang
tidak lengkap dari bentuk selain silogisme.
Menurut Aristoteles yang ditulis
dalam Retorika, sebuah "retorik silogisme" adalah bertujuan untuk
pembujukan yang berdasarkan kemungkinan komunikan berpendapat sedangkan teknik
bertujuan untuk pada demonstrasi. Kata lainnya, entimem merupakan silogisme yang
diperpendek.
Contoh :
Rumus
Entimen:
PU
: Semua A = B : Pegawai yang baik tidak pernah datang terlambat.
PK
: Nyoman pegawai yang baik.
S
: Nyoman tidak pernah datang terlambat
Entimen
: Nyoman tidak pernah datang terlambat karena ia pegawai yang baik
Beberapa
ciri utama dari penalaran deduktif, yaitu :
a. Jika
semua premis benar maka kesimpulan pasti benar
b. Semua
informasi atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara implisit,
dalam premis.
BAB
III
KESIMPULAN
Kesimpulan
dari penelitian penalaran paragraf deduktif yaitu Penalaran adalah proses
berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan
empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Sedangkan pengertian
dari penalaran deduktif adalah suatu tahap pemikiran dan pembelajaran manusia
untuk menghubungkan antara data dengan fakta yang ada sehingga pada akhirnya
terdapat kesimpulan yg dapat diambil. Macam-macam pealaran deduktif itu terdiri
dari Silogisme Katagorik, Silogisme Hipotetik, Silogisme Disyungtif.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E Zaenal
dan Tasai, S Amran. 2006. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Akademika Pressindo.
Tukan, P. 2006.
Mahir Berbahasa Indonesia. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia.
Tatang, Atep et
all. 2009. Bahasa Indonesiaku Bahasa Negeriku 3. Solo: PT. Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri.